Kuliah atau Kuli Ah?

Kuliah atau Kuli Ah?

Sabtu, 28 November 2009 22:22
Oleh: Nino Azura

Bagi kita yang sedang duduk di kelas 3, 2, atau bahkan kelas 1 SMA/MA, pasti pertanyaan di atas kerap kali terlintas di bayangan kita. Apabila kita berkeinginan kuliah, maka tulisan ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan sebelum masuk bangku kuliah. Namun jika kuli lebih menarik, stop membuang-buang waktu Anda membacanya dan segera persiapkan paspor plus visa agar bisa segera berangkat ke negeri tetangga.

Seringkali orang-orang di sekitar kita berbicara, "Buat apa kuliah? Toh akhirnya nganggur juga". Harus penulis akui bahwa mereka benar karena faktanya memang demikian. Namun bukankah biasanya sesuatu yang kurang baik itu lebih mudah ter-ekspose daripada kebaikan. Semoga tulisan ini dapat memberikan sudut pandang yang adil terhadap keduanya. Sekedar catatan, dari 147 mahasiswa yang kuliah di Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya Angkatan 2001, 3 orang diantaranya resmi menyandang status pengangguran (salah satunya tentu saja penulis sendiri). Sedangkan sisanya bekerja di berbagai instansi dan perusahaan maupun sebagai wiraswasta dengan angka rata-rata gaji awal Rp. 1 Juta - Rp. 2,5 Juta dan waktu tunggu sejak lulus hingga mendapatkan pekerjaan adalah 1 - 3 bulan. Nah, artikel ini ditulis supaya kita tidak menambah lagi catatan pengangguran yang ada di Badan Pusat Statistik terdekat. (Well, tanpa mengurangi rasa hormat pada cabang ilmu statistika, terkadang statistik dengan segala data dan prediksinya juga bisa over-estimated dan menimbulkan ketakutan yang tidak perlu.)

Beberapa hal yang perlu dijadikan pertimbangan sebelum kuliah, antara lain:

  1. Minat & Bakat
  2. Jurusan yang kita pilih hendaknya sesuai dengan minat dan bakat yang kita miliki. Bakat memang penting, namun minat (kemauan) di sini lebih menentukan. Beberapa kasus menunjukkan bahwa mahasiswa yang memilih jurusan hanya menuruti kemauan orangtuanya (atau sekedar ikut teman-temannya) sedang dia sendiri tidak suka, mahasiswa tersebut menjalani kuliahnya dengan terpaksa dan 'semau gue' (lulus/tidak lulus sudah tidak penting baginya). Akibatnya sehari-harinya sering diisi dengan kegiatan yang sama sekali tidak berhubungan dengan kuliahnya (misal: clubbing, keluyuran, atau ikut perkumpulan-perkumpulan dengan status tidak jelas yang memang sangat menjamur di lingkungan kampus). Mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mengecap pendidikan tinggi, maka sangat disarankan Anda memilih jurusan yang memang Anda sukai sehingga Anda bisa lebih bertanggung jawab (kalau sampai gagal, maka orangtua Anda akan berkata, "Kamu yang memilih, maka jangan berdalih"). Selain itu, hari-hari Anda di kampus tidak akan tersiksa dengan mengerjakan tugas hanya karena keterpaksaan. Ini sungguh tidak baik, karena selain akan membuat kita lebih cepat capek, biasanya yang kita kerjakan (baik itu cara, rumus, maupun hasilnya) seringkali lenyap begitu saja dari ingatan begitu tugas itu selesai dikumpulkan.

  3. Biaya
  4. Banyak orangtua yang sampai harus menjual kendaraan, ternak, bahkan sawah karena anaknya menyandang status 'mahasiswa'. Hal ini cukup menggambarkan betapa besar biaya kuliah di Indonesia (meskipun di PTN - Perguruan Tinggi Negeri). Namun konon banyak jalan menuju Roma. Ya, beasiswa dapat dijadikan alternatif pembiayaan selama kuliah. Sekedar bocoran, banyak beasiswa ini diperoleh oleh mahasiswa yang sebenarnya berstatus 'mampu'. Jadi apabila kita dari kalangan yang kurang mampu (biasanya dibuktikan dengan rekening listrik dan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan setempat) maka peluang untuk mendapatkan beasiswa sangat besar. Terutama PTN ternama, beasiswa yang ditawarkan sangat beragam. Triknya, pada waktu semester I kita harus berusaha semaksimal mungkin agar dapat mencapai IPK 3,00. Nilai ini setara dengan 7,5 ketika kita di SMA/MA. Tidak begitu sulit, bukan?

    Beberapa beasiswa yang cukup menjanjikan adalah: Selain itu masih banyak lagi beasiswa lain seperti beasiswa yang disediakan oleh PT penyelenggara, misalnya: Beasiswa Subsidi BBM (sekitar Rp. 1.200.000,- per tahun), Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik), maupun beasiswa ikatan dinas seperti Beasiswa LG, Medco, PLN, Taruna TNI/POLRI. Beasiswa ikatan dinas ini artinya Anda akan dipenuhi biaya kuliah + biaya hidup sampai lulus namun setelah itu diwajibkan bekerja minimal 2 tahun di institusi penyedia beasiswa.
    Dengan banyaknya tawaran beasiswa, apakah kuliah itu mahal? Tentu saja jawabannya adalah 'relatif'. Tergantung kita akan pilih yang mana. Apabila memilih yang hemat (beasiswa), tentu saja usaha kita harus lebih daripada mereka yang berasal dari golongan 'mampu'.

  5. Status Perguruan Tinggi
  6. "Mengapa harus memilih Perguruan Tinggi ternama? Bukankah ilmu yang dipelajari sama saja?" Memang benar. Namun kuliah di kampus ternama jelas memiliki nilai lebih, diantaranya: tawaran beasiswa lebih banyak dan beragam, banyak perusahaan yang mengumumkan lowongan pekerjaan hanya di PT tertentu (biasanya didukung oleh ikatan alumninya yang kuat), seleksi pekerjaan di perusahaan yang seringkali mempertimbangkan perguruan tinggi asal, kondisi belajar dengan tingkat persaingan yang lebih ketat menuntut kita untuk belajar lebih banyak dan cepat, dan keunggulan-keunggulan lainnya. Oleh karena itu, apabila kita tidak ingin kuliah hanya demi mengejar status namun setelah itu bingung mau ke mana, maka sebaiknya kita memilih jurusan/program studi yang berstatus favorit dari kampus yang bonafid. Sebaiknya pilih jurusan dengan status akreditasi minimal B. (lihat status akreditasi tiap jurusan)

  7. Jam Belajar
  8. Materi kuliah di perguruan tinggi diistilahkan dengan SKS (Sistem Kredit Semester). Umumnya 1 pelajaran berbobot 2 SKS. Ini artinya kita harus menyediakan waktu untuk belajar terdiri dari: 2 Jam pertemuan di kelas, 2 Jam belajar mandiri, dan 2 Jam untuk mengerjakan tugas. Dalam 1 semester minimal kita menempuh 18 SKS. Maka selain menghadiri kuliah sebanyak 18 Jam per minggu, kita harus belajar sebanyak 36 Jam di rumah (atau kos-kosan). Paling tidak kita harus menyediakan 5 jam untuk belajar rutin tiap harinya. Mulai saat ini persiapkan diri kita dengan kebiasaan ini. Maka apabila kita belajarnya hanya biasa-biasa saja (seadanya), meskipun nantinya berhasil lulus Ujian Masuk PTN, kita akan kesulitan mengikuti proses belajar di kampus. Ujung-ujungnya malah dapat membuat kuliah kita putus di tengah jalan karena merasa materi kuliah terlalu berat.
Akhir kata, masa-masa kuliah ternyata memang saat yang terindah sekaligus menentukan. Pada masa inilah kita mengalami peralihan dari masa remaja menuju dewasa. Kita akan merasakan kebebasan yang sebenarnya (karena jauh dari orangtua yang selalu mengawasi). Kita bebas berbuat apa saja yang kita suka. Bebas untuk mencari ilmu, atau bebas membuang-buang waktu. Manakah yang terbaik menurut Anda?

0 Response to "Kuliah atau Kuli Ah?"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme